Rabu, 25 Mei 2011

PENDIDIKAN KEMBALI KE ALAM (J.J. ROUSSEAU)



مرب هب لى حكما والحقنى بالصالحين واجعل لى لسان صدق فى الاخرين واجعلنى من ورثة جنةالنعيم
jadikanlah yang tebal itu Iman, yangg tipis itu Lidah, yg tajam itu Otak, yg ringan itu Sholat, yg lembut itu Hati, yg luas itu Ilmu, yg murah itu senyum, Untuk kita. Amin


PENDIDIKAN KEMBALI KE ALAM
(J.J. ROUSSEAU)

Pendahuluan

          Masa Aufklarung yang berarti pencerahan meliputi abad 18. Nama ini diberikan kepada jaman ini karena manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Kepercayaan akan rasio dalam abad ini dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu. Hampir setiap tahun dalam abad 18 dihasilkan penemuan ilmiah baru. Dengan demikian seluruh jaman ini menaruh optimisme besar terhadap manusia, kemampuan dan masa depannya.
           J.J.Rousseau merupakan salah satu filsuf terbesar pada jaman itu. Ia mulai terkenal setelah menang dalam sayembara yang diadakan oleh Akademi Dijon. Setelah itu karya-karyanya mulai bermunculan seperti Discuors su les Science et les Arts (1749), La Nouvelle Heloisse (1761), Du Contrat Social (1762), Emile ou de I’Education (1762), Conffession (1770), yang kesemuanya telah melambungkan namanya.Cita-cita hidupnya adalah “kembali ke alam” dan menurutnya itu merupakan suatu jalan untuk kempali pada sifat yang asali karena ia berpandangan bahwa manusia itu pada dasarnya baik tetapi setelah bermasyarakat menjadi buruk. Hal itu kemudian dijadikan dasar pada setiap tulisannya. Ia juga menuliskan berbagai pandangannya mengenai kenegaraan, pendidikan, pengajaran, ilmu pengetahuan dan seni-seni pada setiap buku-bukunya.




            Pada bab-bab berikutnya akan mengetengahkan bagaimana kisah perjalanan hidupnya sampai ia menjadi seorang filsuf besar dan akan dijelaskan pula seperti apa pikiran-pikiran dan hasil  karyanya.

A.    Latar Belakang J.J. Rousseau

          J.J. Rousseau dilahirkan pada tahun 1712 di Jenewa, Swiss. Namun tak lama setelah ia dilahirkan ibunya meninggal dunia. Kemudian ia hidup bersama ayahnya yang bekerja sebagai tukang jam. Tetapi ayahnya ternyata tidak mengasuh dan memberikan pendidikan kepadanya, sehingga ia dibiarkan hidup bebas. Tetapi karena kepandaiannya ia sudah bisa membaca saat umur 10 tahun. Oleh ayahnya ia diberi bacaan yang berisi cerita roman yang merangsang sehingga ia mempunyai pandangan hidup yang aneh. Ia juga mengaku tidak banyak mengetahui isinya namun dengan fantasinya ia dapat merasakannya. Dari hal itu nantinya Rousseau memperingatkan agar konotasi anak jangan dibiarkan berkembang dengan leluasa, hal ini kemudian ditulisnya dalam buku yang berjudul “Emile”.
         Tak lama kemudian Rousseau diusir oleh ayahnya, ia kemudian diasuh oleh seorang pendeta dan disinilah kemudian berkembang rasa cintanya terhadap alam. Pada tahun 1724 ia belajar pada seorang pembuat cap, disini ia mendapat pendidikan yang keras untuk menanamkan kepatuhan terhadapnya, tetapi ia kemudian meninggalkan tempat itu karena tidak tahan. Tahun 1728 Rousseau meninggalkan Jenewa, ia berkelana dari tempat satu ketempat yang lain. Dalam pengelanaannya itu ia banyak terpengaruh oleh wanita-wanita atasan yang sepanjang hidupnya memberikan pertolongan dalam berbagai kesulitan hidupnya.1 Wanita-wanita itu kemudian memberinya pekerjaan seperti menjadi pelayan, pengasuh, sekretaris kedutaan, pemain musik.
         Saat di Turin, Italia ia bertemu dengan pastur yang memberi pelajaran yang baik terhadapnya sehingga ia memeluk agama Katholik. Tahun 1745 ia pergi ke Paris disana ia terlibat percintaan dengan banyak wanita misalnya dengan Therese Levasseur anak dari pemilik rumah penginapan dan warung. Dengan wanita tersebut ia mempunyai lima anak diluar pernikahan, tetapi pada usia sekitar 50 tahun ia baru menikahinya.2 Kelima anaknya tidak diurus dengan baik, ia menitipkannya pada sebuah yayasan yang menampung anak buangan. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan tulisannya “orang yang tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai sorang ayah jangan menjadi ayah”.
         Dalam bukunya “Confensions” ia membenarkan hal itu karena ia tidak mau anaknya terlantar, ia lebih suka anaknya dibesarkan di panti asuhan agar menjadi buruh tani. Ia mengakui telah mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ayah tetapi “hati seorang ayah tidak dapat berkata banyak bila ia tidak pernah melihat anaknya”.3
        Di Paris Rousseau diterima menjadi anggota perkumpulan filsafat, disitu ia banyak berkenalan dengan ahli filsafat seperti Holbach, Diderot. Ia juga ikut menyusun buku Encyclopedi. Pada tahun 1749, Akademia Dijon menyelenggarakan sayembara yang menanyakan “Apakah pembahruan Ilmu Pengetahuan dan Kesenian telah menyumbangkan untuk memburukkan atau meningkatkan kesusilaaan ?:” Rousseau kemudian menjawab dengan tajam “kemajuan ilmu pengetahuan dan kesenian hanya menghasilkan ketidaksungguhan, kemunafikan, kecongkakan dan kesombongan untuk umat manusia yang semula kodratnya baik, bila ia ingin selamat hanya ada satu jalan “Back to Nature4 . Dengan jawaban ini ia memenangkan sayembara itu, sehingga ia mulai terkenal dan perekonomiannya semakin baik. Setelah itu ia kemudian banyak menulis dan hasil karyanya membuat ia menjadi termashur. Ia kemudian meninggalkan Paris, pergi ke alam bebas sesuai dengan cita-citanya “kembali ke alam”. Ia mempunyai pandangan bahwa bukan kecerdasan yang menjadi ukuran didalam soal kepercayaan melainkan perasaan.5
           Pada tahun 1754 ia kembali ketempat kelahirannya, Jenewa tetapi tidak bertahan lama karena dekat dengan tempat tinggal Voltaire. Rousseau benci terhadapnya tentang karya-karyanya, ia juga menentang rencananya tentang untuk mendirikan gedung teater yang menurut Rousseau hanya akan membejatkan moral. Oleh karena itu ia di benci oleh Voltaire. Tidak hanya Voltaire tetapi para sahabatnya mulai meninggalkannya karena jalan pikirannya mulai menyimpang.
         Setelah pergi dari tempat itu ia tinggal di tempat peristirahatan L’Hermitage di utara Paris atas kebaikan seorang wanita tinggi, disitulah ia menulis karya-karyanya. Tetapi mulai tahun 1762 ia mempunyai kesulitan dari pihak penguasa atas tulisan-tulisannya misalnya dalam bukunya “Emile” yang tidak diterima oleh pemerintah dan kemudian bukunya dibakar di Jenewa dan Paris. Pemerintah juga memerintahkan untuk menangkapnya
          Sahabatnya banyak yang menghindar karena sifatnya berubah menjadi kasar dan penuh kecurigaaan. Ia menjadi orang yang di benci dan selama 20 tahun sisa hidupnya ia dilanda kemurungan, hidupnya penuh ketakutan karena dikejar-kejar pemerintah. Karena itu ia lari ke Swiss, Inggris dan kembali lagi. Bulan Mei 1778 ia pergi dari kota Paris dan tinggal di pedesaan dalam hutan Ermenonville dan dua bulan kemudian ia meninggal.6

B.       Hasil karya, Pemikiran, dan Pengaruhnya

         Tidak dapat dipungkiri bahwa Rousseau merupakan tokoh yang besar pada masanya. Berbagai pemikiran dan karya-karyanya telah membuatnya termashur. Berbagi gagasan-gagasannya muncul karena dipengaruhi oleh keadaan masyarkat di Perancis pada waktu itu. Kehidupan kalangan tinggi sangat memprihatinkan karena sudah tidak ada lagi kehidupan secara normal. Orang tua menghabiskan waktunya dengan befoya-foya, pergaulan sangat bebas dan anak dianggap sebagi penghambat dalam mengejar kesenangan. Untuk itu anak diserahkan pada budak. Anak dipersiapkan dapat bergaul dengan yang dewasa.
         Tidak ada kebebasan dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup, hal itu sangat bertolak belakang dengan hidupnya yang tanpa kekangan. Dari hal itulah ia ingin mengubah keadaan tersebut dan kemudian keluarlah berbagai gagasannya yaitu : kodrat manusia adalah baik, masyarakat adalah buruk, untuk memperbaikinya maka orang harus kembali ke alam. Hal itu kemudian diterapkannya dalam berbagai tulisannya

     1.  Hasil Karyanya

         Hasil karya J.J. Rousseau yang terkenal diantaranya adalah : Discours sur les Science et les arts (1749). Berisi tentang karangan ilmu pengetahuan dan seni, juga mengenai kecaman-kecamannya terhadap keadaan masyarakat pada waktu itu. La Nouvelle Heloise (1761), berisi gagasannya tentang perkawinan dan pendidikan sex yang berlainan dengan pandangan umum. Du Contrat Social (1762), berisi pandangannya tentang kenegaraan. Emile ou de I’Education (1762), berisi gagasan tentang pendidkan. Conffessions (1770), merupakan biografi tentang dirinya yang berisi terhadap keadaan dirinya dan merupakan bukunya yang terakhir.7

2.      Pikiran-Pikiran Pokok 7 Kebudayaan melawan alam

          Kehidupan alamiah dimana tercipta kebebasan bagi kehidupan manusia, telah berubah ketika berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan alamiah yang serba bebas sehingga manusia akan menderita dan akan terasingkan dari dirinya sendiri oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut.8 Kebudayaan menurutnya bertentangan dengan alam karena merusak manusia dan keadaan alam tersebut. Sedangkan manusia alamiah menurutnya adalah manusia yang dilahirkan dari kandungan alam, itu adalah manusia yang baik. Tetapi manusia yang dihasilkan oleh hidup bermasyarakat adalah jahat.9 Oleh karena itu seboyan Rousseau menjadi “Retournons a la Nature” yang menekankan bahwa kebahagiaan manusia akan diperoleh dengan kembali pada keadaan asali tersebut.10

2.1  Keadaan Primitif

          Menurutnya dalam keadaan primitif manusia adalah otonom dan bahagia, dia dapat memenuhi segala kebutuhannya dan tidak ada aturan karena belum perlu. Tetapi dalam perkembangannya dimana kehidupan manusia semakin berubah-ubah dan memaksa manusia untuk saling berhubungan telah menimbulkan berbagai persoalan baru seperti persaingan, persekongkolan dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan-aturan dalam kehidupan tersebut. Dan hal itu telah menimbulkan hilangnya hal-hal yang ada dalam kehidupan primitif, namun meskipun demikian ada segi positifnya dengan ditiadakannya keadaan tersebut yaitu tindakan sewenang-wenang diganti dengan hukum walaupun didalam hukum sendiri terkadang masih ada tindakan sewenang-wenang.11

 2.2  Kontrak Sosial

        Pandangan ini bebicara mengenai keadaan pada waktu itu yang kemudian menjadi teori politik umum yang ditulis dalam bukunya Du Contrat Social. Dalam keadaan primitif manusia hanya bergantung pada benda-benda bukan pada sesamanya dan keadaan ini menurutnya juga harus diciptakan didalam keadaan sosial. Dan itu hanya mungkin kalau manusia akan bergantung pada undang-undang sebagai pengungkapan dari “kehendak umum”. Kehendak umum berbeda dengan “kehendak semua orang”. Yang dimaksud dengan kehendak semua orang adalah kehendak sebagai hasil keputusan suara terbanyak yang belum tentu mencerminkan kehendak umum. Kehendak umum ditujukan pada kepentingan umum yang tidak akan menyimpang karena selalu mengikuti hal-hal yang benar. Tetapi kehendak umum dapat menjadi kekuatan yang memaksa karena adanya perjanjian yaitu perjanjian kemasyarakatan (Contract Social).12 
          Didalam perjanjian kemasyarakatan orang meninggalkan kehendak dan kepentingan sendiri serta hak-haknya. Dan orang-orang yang membuat perjanjian menyerahkan hak-hak sepenuhnya kepada masyarakat.
Kekuasaan yang menetapkan undang-undang didalam negara dibentuk dari penguasa dan rakyat yang mewakili kehendak umum. Ia tidak menghendaki adanya perwakilan rakyat atau parlemen karena kehendak parlemen tidak mengungkapkan kehendak umum sebab kehendak itu adalah keputusan suara terbanyak dan hal itu lebih kepada kehendak semua orang. Namun pandangannya ini hanya dapat diterapkan pada negara-negara yang kecil.
Disamping kekuasaan yang menetapkan undang-undang masih ada kekuasaan lain yaitu kekuasaan yang melaksanakan undang-undang yaitu pemerintah untuk menghubungkan kehendak umum dan perorangan yang menerapkan undang-undang kepada perorangan. Sedangkan pemegang kekuasaan itu mendapat kuasanya dari rakyat sehingga rakyat dapat menggantinya sesuai kehendaknya.

2.3   Pendidikan

         Pandangannya dalam bidang pendidikan banyak dipengaruhi oleh keadaan di Perancis pada waktu itu yang sangat meprihatinkan. Untuk itu ia menulis buku yaitu Emile yang ia tujukan bagi masyarakat golongan atas yang salah dalam mendidik anak. Buku tersebut berupa roman yang terdiri dari lima jilid. Empat jlid pertama memuat pendidikan kepada Emile dan yang kelima pendidikan untuk Sophie calon isteri Emile.13
         Gagasan dasarnya dalam pendidikan terdapat pada pandangannya bahwa “Semua adalah baik di tangan pencipta, semua menjadi buruk ditangan manusia” oleh karena itu ia mengajak untuk kembali kealam.
Tujuan pendidikan menurut Rousseau adalah membentuk manusia bebas, merdeka, tanpa tekanan, ikatan atau untuk tujuan tertentu. Jenis pendidikan meliputi jasmani dan rohani. Usaha pendidikan secara individualistis dimaksudkan agar anak tidak mendapat pengaruh dari masyarakat.
Alat pendidikannya adalah kebebasan, kemerdekaan sebagai konsekuensi gagasannya bahwa kodrat anak adalah baik tanpa kekangan dari manapun. Pendidik bukan orang tua tetapi pengasuh yang baik dalam semua hal.
        Tugas pendidik adalah membiarkan anak berkembang menurut alamnya dan menjauhkan dari pengaruh yang buruk. Pendidik tidak boleh memerintah, melarang dan memberi hukuman kepada anak didik. Karena menurutnya anak akan bahagia jika sang anak diabiarkan menghendaki segala sesuatu yang dikehendakinya dan memberikan kesempatan agar anak dapat bersenang-senang. Pendidik juga tidak boleh mengganggunya dengan ajaran moral karena belum siap. Ia bependapat bahwa alamlah yang mempunyai kuasa bukan pendidik. Didalam bukunya “Emile” pada setiap jilidnya dapat diketahui lebih jauh lagi mengenai gagasannya dalam pendidikan seperti 14:

2.4 Pendidikan Jasmani

       Terdapat dalam buku jilid I dan II, mengutamakan perwatakan, pendidikan jasmani dan pelatihan indera. Dalam hal ini pandangannya sama dengan J.Locke bahwa jasmani harus kuat untuk menahan penderitaan hidup. Indera perlu dilatih karena tanggapan semuanya melalui indera.

                 2.5  Pendidikan Intelek
 
       Dalam bukunya jilid ke I dan II pendidikan intelek tidak ada sampai anak berumur 12 tahun, motif belajar karena kebutuhannya sendiri yang didalam bukunya Emile mendapat surat sehingga ia mempunyai kebutuhan untuk dapat membaca dan menulis. Setelah berumur 12 tahun (jilid ke III) motif belajar anak adalah untuk menambah pengetahuan dan bukan merupakan suatu kebutuhan lagi tetapi merupakan kegunaan bagi hidup ank tersebut.

2.6 Didaktif

        Pendidikan menurutnya wajib menyajikan kesempatan sebagai usah supaya anak mempunyai anggapa akan kegunaan sesuatu. Ajarannya adalah sintetis karena anak didik untuk dapat mengamati diri sendiri dan untuk dapat mendapatkan pengalaman. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan modern.
         Dengan sifat didaktif itu ia mengajarkan tentang ilmu bumi yang diberikan lewat peragaan secara langsung. Anak dididik untuk tidak boleh menghafal yang penting adalah penggunaan pikiran. Untuk mengetahui kebutuhan anak guru harus belajar ilmu tentang anak-anak. Tujuan pendidikannya adalah membentuk anak menjadi manusia bebas.
Dalam pendidikan sejarah ia lebih mengutamakan tokohnya untuk mempelajari motif-motif perbuatan, hal ini berguna dalam pembentukan akhlak. Dalam ilmu Fisika ia mengutamakan gejalanya bukan hukumnya. Percobaan dilakukan dengan alat yang dibuat sendiri. Dalam menggambar menggunakan bahan gambar asli dari alam bukan mencontoh. Dalam menyanyi ia menggunakan not angka yang nantinya terkenal dengan metode Cheve setelah disempurnakan oleh Gallen-Paris-Cheve.

                   2.7  Pendidikan Akhlak

         Pendidikan ini diajarkan sesudah anak berumur 15 tahun ( jilid ke IV). Pendidikan akhlak tidak diajarkan dengan motif keagamaan karena motif dalam perbuatan adalah kata hati yang dianamakan naluri Tuhan.
Saat anak berumur 15 tahun saat anak dalam masa pubertas dianjurkan supaya anak aktif sehingga hal-hal buruk dapat dihindari.
a. Pendidikan Agama
      Pendidikan ini hanya diajarkan berdasarkan pemikiran, dengan pemikiran anak diperkenalkan dengan Tuhannya. Yang nantinya atas kemauan sendiri anak dapat memilih agama yang cocok

b. Pendidikan Wanita
      Hal ini dibicarakan dalam bukunya jilid V, buku ini juga berisi pula gagasan pokok yang tercantum dalam La Nouvelle Heloise sebagai wanita baru agar nantinya wanita dapat menjadi ibu yang baik, pendidik yang cakap, isteri yang berbakati. Wanita tidak diberi pelajaran yang sederajat dengan lelaki tetapi ia harus diberi pelajaran membaca, menulis berhitung, menggambar dan pekerjaan tangan. Ia juga wajib mengikuti agama suaminya. Dalam pendidikan kesusilaan wanita diutamakan kerendahan hatinya, ketaatan, berbakti pada suami dan sopan dalam setiap tata cara.
c. Hak Milik Pribadi
       Disaat keadaan memaksa semua orang untuk saling berhubungan satu sama lain, pada saat itulah akan muncul persoalan-persoalan baru seperti persaingan, percekcokan dan lain-lain. Maka perlulah diciptakan suatu aturan-aturan untuk melindungi hak milik pribadi. Saat itulah kemudian timbul adanya hak milik pribadi. Hak milik pribadi menurut Rousseau merupakan hak yang paling suci dari semua hak penduduk.
Ia merupakan salah satu penulis modern yang mempunyai peran besar terhadap lembaga hak milik pribadi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Rousseau sebagai pemula dari paham sosialisme dan komunisme modern.15

3.      Pengaruh
      Tulisan-tulisan Rousseau dapat dikatakan sebagai faktor penting dalam pertumbuhan sosialisme, romantisme, totaliterisme, anti-rasionalisme juga berpengaruh terhadap teori pendidikan modern. Ia juga sebagai penyumbang bagi ide-ide modern menuju demokrasi dan persamaan serta perintis kearah pecahnya Revolusi Perancis.
          Jika semboyan revolusi menjadi liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan) dan jika kedaulatan rakyat sangat ditekankan maka akan terasalah pengaruh dari Rousseau. Selain itu cita-citanya mepesona banyak orang “Kembali ke alam, hiduplah sederhana, bersungguh-sungguh dan menurut pada alam”.

C.    Pola Pendidikan ala Rousseau
Dalam bukunya yang berjudul “Emile, ou L’Education”, Rousseau menekankan betapa pentingnya pendidikan. Ia menggelorakan tipe pendidikan yang tampil berbeda dengan arus dan suasana pendidikan yang dominan pada jamannya. Pada jaman Rousseau, pendidikan dilaksanakan secara otoritatif dengan disiplin ketat yang menuntut kepatuhan mutlak dan buta para anak didik. Pola ini mempunyai tujuan untuk menampilkan penyeragaman tingkah-laku dan informasi. Dalam bukunya, Rousseau mempertahankan tesisnya bahwa manusia pada kodratnya adalah baik, tetapi buruk akibat kebudayaan. Maka, pendidikan harus ditransformasikan. Maka ia menyerukan pola pendidikan kembali ke alam. Daya dorong alamiah dalam diri manusia adalah cinta diri (self-love). Ini tidak sama dengan egoisme sebab egoisme ada dalam masyarakat, bukan dasariah manusia. Cinta diri sesuai dengan alam sehingga baik adanya.  Menurut J.J. Rousseau, ada lima asas pendidikan yang perlu dibuat seperti :
Pertama, perlunya pendidikan, karena status manusia tidak diperoleh pada saat manusia lahir, namun merupakan hasil terjadinya pendidikan yang bersumber pada alam, manusia dan benda. Rousseau menekankan pentingnya keselaran di antara ketiganya. Jika ini tercapai, naradidik sudah mengalami pendidikan yang baik sesuai dengan tujuannya.
        Kedua, tujuan umum pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan semua bakat pada naradidik agar ia mempunyai kemampuan yang lengkap sehingga dapat secara bebas dan merdeka, tanpa tergantung pada orang lain dan tatanan sosial yang khusus dalam masyarakat di mana ia tinggal. 
Ketiga, guru utama dalam pendidikan adalah alam sendiri. Dalam pelaksanaan atau operasionalnya ada guru atau orang yang membimbing dan mendampingi naradidik.
        Keempat, naradidik adalah anak laki-laki dan perempuan, tetapi ruang lingkup kajian studi anak laki-laki lebih luas daripada anak perempuan. Sesuai dengan kodrat alamiahnya (nature) perempuan harus dididik untuk menjadi istri dan ibu.
Kelima, kurikulum yang tersedia bersifat kontekstual, yang dibahas sesuai dengan tingkatan tahap perkembangan usia.16
         Menurut J.J Rousseau, pola pendidikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan psikologis atau kejiwaan anak. Rousseau yakin bahwa menjaga originalitas kealamiahan anak dapat dimungkinkan dengan jalan mengontrol pendidikan dan lingkungan anak berdasarkan pada analisis perbedaan tahap fisik dan psikologis sejak lahir hingga dewasa. Menurutnya, momentum untuk belajar disediakan oleh pertumbuhan manusia secara alami. “As we have seen he thought that momentum for learning was provided by growth of the person (nature)” Rousseau membagi tahap perkembangan manusia ke dalam 5 tahap, dalam bukunya yang berjudul Emile, ou L’Education:
1.      Tahap Pertama: Infancy atau Masa Asuhan (0-2 tahun). Maka pada usia ini anak balita harus dipupuk sifat alaminya untuk bergerak dan mencari perubahan dalam dunia sekitarnya. Anak juga perlu dibantu untuk memanfaatkan kekuatan personal yang makin berkembang sehingga ia semakin mampu mengendalikan kebebasannya.
2.      Tahap kedua: The Age of Nature (2-12 tahun). Pada masa ini, anak perlu dilibatkan dalam sejumlah pengalaman yang melatih kemampuan jasmaninya; mempertajam ketrampilan (skill), khususnya yang menyokong pemenuhan kebutuhan hidupnya; mempertajam fungsi pancaindera; dan yang membimbingnya untuk bertindak baik.
3.      Tahap ketiga: Pre-adolescence atau Pra-remaja (12-15 tahun). Anak pada masa ini perlu dilibatkan dalam berbagai tugas belajar yang berpusat pada penggunaan peralatan (tools) yang dipakai orang untuk mencari rejeki; perkembangan kemampuan ratio atau akal (dimensi intelektual), serta pertimbangan tindakan dan gagasan yang menolong anak menentukan mana yang benar dan berharga.
4.      Tahap keempat: Puberty atau Pubertas (15-20). Pada masa ini, anak (tepatnya remaja) didampingi untuk memahami dan mengerti makna persahabatan dan cintakasih, memahami orang lain seperti diri sendiri, mencari teman secara bijak, memeluk agama yang dapat dijelaskan dari segi alam, terlibat dalam masyarakat, dan dapat membedakan kebudayaan yang memperkaya diri ketimbang merusak moralnya.
5.      Tahap Kelima : Pendidikan seks dan pendidikan Agama
          Dalam bukunya Emile, Rousseau juga mengungkapkan ada dua hal utama yang dibicarakan lebih detail, yaitu mengenai pendidikan seks dan agama. Pendidikan seks ini mempunyai tujuan agar naradidik tidak terpengaruh oleh lingkunganya yang bisa menyebabkan munculnya dorongan nafsu seksual sebelum waktunya. Pendidikan seks ini juga mau mendobrak pandangan mengenai seks yang tabu seolah-olah jahat dan negatif. Pendidikan seks ini justru membantu menyiapkan anak menghadapi masa puber. 
         Selanjutnya pendidikan agama. Bagi Rousseau, pendidikan agama hendaknya diberikan setelah anak mencapai umur lima belas tahun. Alasannya adalah, gagasan yang salah tentang Allah yang ditangkap anak cenderung menjadi endapan yang tak terhapus dalam pikiran anak sehingga gagasan tentang Allah pada usia dewasa berdasarkan yang ia terima sewaktu masih kanak-kanak. Selain itu, keharusan anak menghafal katekismus menyebabkan ia hanya beriman berdasarkan apa yang ia hafalkan, sehingga ketika dewasa mudah sekali untuk meninggalkan agama. Katekismus yang menekankan unsur dogmatis mengaburkan perhatian anak pada hal yang jauh lebih penting, yaitu akhlak pribadi yang baik dan belaskasih pada sesama. Rousseau menawarkan pola pendidikan agama yang bersifat percakapan yang bertolak dari pengalaman personal anak. Dengan pola ini anak dapat menjawab secara jujur sesuai dengan usianya.17


BAB III
P E N U T U P


A.    KESIMPULAN
          Dari uraian diajak dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan dapat selalu aktual dan diimplimentasikan pada dunia dewasa ini. Pendampingan anak berdasarkan kodrat alamiah dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan psikologisnya, membantu anak semakin berkembang dengan baik, sehingga tidak ada peluang terjadinya lompatan-lompatan perkembangan, melainkan sebuah pola perkembangan yang dinamis. Pendidikan yang memberi peluang kebebasan anak tanpa adanya penyeragaman (uniform) yang ketat otoriter dan ekstrim, menghasilkan anak didik yang dewasa dalam menjalani hidupnya. Semoga, unsur-unsur positif yang dikembangkan oleh J.J Rousseau dapat berkembang dan menjadi alternatif di tengah dunia pendidikan Negara ini yang keras dan carut marut.



DAFTAR KUTIPAN

1Ag. Soejono.(1978). Aliran Baru Dalam Pendidikan. Bandung : CV. Ilmu Bandung, hlm.23
2H. Hart, Michael.(2003). 100 Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya, hlm. 36
3Van Der Weij, P.A.(1998). Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia. Jakarta : Gramedia, hlm. 83
4Ibid, hlm. 83
5Sutari Imam Barnadip.(1983). Sejarah Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset, hlm. 128
6A.G. Soejono. Op. Cit, hlm. 24
7Lihat Harry Hamersma.(1986). Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta : Gramedia, hlm. 24-26
8Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa terkendali dan serba semu seperti yang tampak di Perancis abad ke-18
9Harun Hadiwijono.(1983). Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius, hlm. 59
10K.Bertens.(1994). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius, hlm. 57
11Harun Hadiwijono. Op.Cit, hlm. 60
12Ibid, hlm. 61
13Untuk mengetahui lebih jauh mengenai isi tiap jilid buku tersebut baca Sutari Imam Barnadip. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta :Andi Offset, hlm. 129-130
14A.G.Soejono. Op.Cit, hlm. 27-30
15H. Hart, Michael. Op. Cit, hlm. 364
16F. Budiman Hardiman, (2007). Filsafat Modern, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 38-42 
17Ibid



DAFTAR PUSTAKA

Barnadip, Sutari, Imam., (1983). Sejarah Pendidikan. Andi Offset, Yogyakarta
Bertens, K.,(1994). Ringkasan Sejarah Filsafat. Kanisius : Yogyakarta
Hadiwijono, Harun.,(1983). Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Kanisius, Yogyakarta
Hamersma, Harry.,(1986). Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Gramedi,  Jakarta
Hardiman, F, Budiman., (2007). Filsafat Modern, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Michael, H, Hart., (2003). 100 Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Sejarah. Pustaka Jaya, Jakarta
P.A, Van, Der, Weij.,(1998). Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta
Soejono, Ag., (1978). Aliran Baru Dalam Pendidikan. Bandung : CV. Ilmu, Bandung